- Konsep : merupakan suatu disiplin ilmuekonomi baru yang membahas analisis ekonomi terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi oleh kota dalam perkembangannya
- Ciri atau sifat esensial daerah perkotaan adalah konsentrasi basis berbagai kegiatan ekonomi, social, dan politik pada tata ruang perkotaan.
- Masalah perkotaan sangat luas dan bervariasi, sehingga untuk menanganinya diperlukan langkah dan upaya pemecahan dengan menggunakan analisis ekonomi agar dapat dicapai hasil yang efektif dan efisien.
Ekonomi perkotaan merupakan salah satu disiplin ilmu karena mempunyai :
- Objek : Kota itu sendiri dengan segala macam permasalahannya
- Batasan :
FUNGSI KOTA BESAR
- FUNGSI TEMPAT TINGGAL (WISMA)
Perumahan (papan) merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia.
perumahan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan stabilitas
social, dinamika masyarakat dan produktivitas kerja. Namun pertambahan
penduduk kota yang sangat pesat akan meningkatkan kebutuhan terhadap
perumahan yang semakin besar pula hal ini menimbulkan banyak hambatan
disebabkan karena rendahnya kemampuan ekonomi sebagaian besar
penduduknya dan tingginya biaya pembangunan perumahan. Tingginya biaya
disebabkan karena keterbatasan factor-faktor produksi perumahan seperti
tanah
( lahan), bahan bangunan, dll.
Permasalahan : Semakin banyak tumbuh perumahan yang kurang memenuhi persyaratan bagi perumahan yang layak dan lingkungan yang sehat (kumuh).
Solusi : Dibangunnya perumahan rakyat yang memenuhi
standart yang telah ditetapkan yaitu jumlah yang memadai di dalam
lingkungan yang sehat, kuat dari segi teknis dan dalam jangkauan
masyarakat.
- FUNGSI TEMPAT PEKERJAAN (KARYA)
Kota-kota besar sebagai pusat-pusat kegiatan dapat ditandai dengan
terjadinya aglomerasi industry dan arus urbanisasi. Sehingga fungsi dan
peranan kota sangat penting sebagai pusat kegiatan produksi, distribusi,
dan konsumsi.
Permasalahan :
- Pertumbuhan penduduk kota yang sangat cepat sering kali tidak diimbangi dengan penyediaan lapangan kerja yang memadai yang pada akhirnya akan menimbulkan pengangguran, beban pemerintah, keonaran sering terjadi di dalam masyarakat, perkampungan kumuh dan peningkatan angka kriminalitas.
- Sebagian kegiatan produktif di perkotaan terjadi atau berada pada gedung-gedung dan antar gedung. Pembangunan gedung-gedung tersebut berkembang cepat , bahkan sebagian tidak terarah atau tidak terkontrol dengan baik.
Solusi:
- Pemerintah harus berusaha menciptakan iklim yang menggairahkan terhadap kegiatan ekonomi, baik dalam arti menciptakan lapangan kerja baru maupun memperluas kegiatan yang sudah ada. Diantaranya, mengadakan perbaikan kondisi pemukiman, penentuan lokasi kegiatan industry yang tepat, mendorang inisiatif (prakarsa) dan usaha swasta seluas mungkin serta usaha-usaha lainnya dalam rangka penciptaan dan perluasan lapangan kerja di dalam wilayah perkotaan.
- Pemerintah kota harus menciptakan lingkungan fisik perkotaan (urban setting) yang serasi dan harmonis. Keadaan tempat-tempat pekerjaan harus diusahakan sedapat mungkin memenuhi persyaratan kesehatan, keamanan, kebersihan dan keindahan.
- FUNGSI LALU LINTAS (MARGA)
Pemukiman penduduk yang terpusat di daerah perkotaan menimbulkan
kebutuhan akan prasarana dan sarana transportasi yang digunakan untuk
melayani angkutan penduduk. secara teoritis permintaan akan jasa
transportasi adalah bersifat turunan (derived demand). Kenaiakan
terhadap kegiatan perdagangan dan industry serta kegiatan mobilitas
lainnya akan menimbulkan permintaan akan jasa transportasi. Berbagai
jenis perjalanan tersebut dapat dikelompokkan menjadi aksebilitas antar
kegiatan tempat tinggal, aksebilitas antar kegiatan non tempat tinggal.
Permasalahan : Banyaknya angkutan yang ada di kota kadang mengakibatkan kesemrawutan
tata kota. Angkutan kota banyak diantaranya yang telah tua dan
diantaranya memproduksi emisi yang mengakibatkan polusi udara di daerah
perkotaan.
Solusi : Adanya perencanaan angkutan umum di daerah
perkotaan yang baik dan serasi. Lokasi kegiatan-kegiatan ekonomi dapat
diatur dan disesuaikan dengan perumahan yang dihubungkan melalui jalur
angkutan yang tepat. Selain itu diperlukan juga konsolidasi antar
berbagai jenis alat angkutan, penyusunan pola trayek angkutan, penerapan
tariff angkutan, pembarian izin, pembangunan terminal, peremajaan
kendaraan, pengujian emisi berkala.
- FUNGSI REKREASI
Kota sebagai pusat kegiatan juga memenuhi fungsi rekreas
- TERBENTUKNYA KOTA KARENA TUNTUTAN EFISIENSI
Kota sebagai pusat kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi.
MENGAPA TIMBUL URBANISASI
Faktor pendorong
- Daerah belum maju
- pekerjaan
- Penghasilan rendah
- Proses aglomerasi/polarisasi
- Penghasilan/upah yang lebih tinggi
- Melanjutkan sekolah
- Kebebasan pribadi
- Hiburan
- adat
Pertumbuhan dan Struktur Kota
- · Kriteria Pertumbuhan Kota
Kota merupakan konsentrasi pemukiman penduduk yang makin lama makin
meluas. Konsentrasi di dalam pemukiman penduduk di daerah perkotaan
sangat tinggi kepadatannya. Gejala yang sering ditemukan di daerah
perkotaan adalah urbanisasi. Perkembangan kota mencakup kegiatan
pembangunan dan perkembangan kota itu sendiri.Perkembangan kota juga
mencakup kegiatan pelayanan bagi daerah hinterland (daerah belakang).
- Prinsip Pertumbuhan Kota
Menurut Boulding Pertumbuhan kota sebagai suatu proses yang cukup pelik. Prinsip yang diungkapkan Boulding :
1. Dalam gerak pertumbuhan, maka bentuk dari setiap objek, organisme atau organisasinya merupakan akibat dari hukum pertumbuhannya.
2. Equal adventege, menjelaskan bagaimana
terjadinya distribusi atau kemampuan tumbuh diantara bagian-bagian
struktur kota diupayakan agar relative lebih berimbang.
- · Konsep Struktur Kota
- Teori The Concentric Zone oleh E. W Burges
Dalam
2. Teori Radial Sector oleh Homer Hyot
3. Konsep Multiple Nuclei oleh Harris dan Ullman
TEORI-TEORI PERTUMBUHAN KOTA
CENTRAL PLACE DAN URBAN BASE
- · Formulasi Teori Central Place
Pusat kota dapat dikatakan pula dengan istilah central place (tempat sentral) yang didefinisikan dalam arti fungsi-fungsi
sentral yang dilaksanakan untuk suatu daerah. Fungsi utama kota adalah
bertindak sebagai suatu pusat pelayanan untuk daerah hinterland di sekitarnya (yang disebut sebagai daerah komplementer/daearah belakang), yang menyuplai kebutuhan barang dan jasa untuk kota.
Menurut teori central place atau tempat sentral, kota tumbuh dan
berkembang sebagai akibat dari permintaan barang dan jasa daerah
sekitarnya. Atau dengan kata lain pertumbuhan kota merupakan suatu
fungsi dari penduduk daerah hinterlandnya dan merupakan fungsi dari tingkat pendapatannya.
- Keterbatasan/kelemahan teori central place
1. Pada kenyataannya kota besar tidak mengkususkan fungsinya pada
produksi barang dan jasa yang akan dipasarkan ke darah pasar yang luas
sebagaimana di klaim oleh teori central place.
contoh: Kepadatan penduduk kota diikuti oleh peningkatan
kebutuhan. Persoalan yang timbul bahwa dalam pertumbuhan kota ternyata
tidak sederhana seperti pemasaran barang dan jasa yang diproduksi oleh central place
yang berada di dalam kota untuk daearh-daerah sekitarnya. Kebutuhan
pelayanan kepada penduduk kota yang cukup banyak jenisnya dab sangat
luas jangkauannyaharus ditempuh dan disediakan secara cukup, merata, dan
murah.
2. Analisis central place ternyata lebih menekankan pada
peranan sektor perdagangan dan kegiatan jasa dari pada kegiatan
produktif lainnya seperti manufacturing dan transportasi.
3. Pertumbuhan kota meningkat terus dan setelah sampai pada tingkat tertentu mereka memerlukan sumber daya (tenaga kerja, modal, dll) yang didatangkan dari luar daerah.
Dalam hal ini tidak dapat dijelaskan dalam pengertian permintaan barang
dan jasa dari daerah hinterland seperti yang dikemukakan oleh teori central place.
Diakui bahwa hinterland dan kota berkaitan satu sama lainnya. Tanpa hinterland pertumbuhan kota tidak akan pesat, sebaliknya hinterland tanpa kota juga tidak akan menikmati kemajuan teknologi yang pada umumnya ditransfer dari kota-kota besar.
- Pendekatan Urban Base (Basis Ekonomi Perkotaan)
Perbedaan dari teori central place dan urban base adalah pada teori central place menyatakan bahwa sumber utama pertumbuhan kota adalah melayani permintaan barang dan jasa daerah hinterlandnya sedangkan menurut teori urban base sumberdaya adalah permintaan dari mana saja di luar pusat kota.
Menurut teori urban base struktur ekonomi perkotaan terdiri dari dua katehori utama yaitu kegiatan-kegiatan dasar (basic activities).
yang memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa untuk di ekspor
ke luar daerah perkotaan, dan kegiatan-kegiatan jasa non dasar (non basic activities) dimana barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan akan dikonsumsi di daerah perkotaan sendiri.
Menurut teori urban base suatu kota bertumbuh sebagai akibat
dari spesialisasi dalam kegiatan ekspor. Dengan ekspor tentunya akan
diperoleh devisa, hal ini berarti dapat meningkatkan kekayaan dan
kemampuan suatu Negara atau daerah untuk melaksanakan pembangunan dan
membayar harga barang yang diimpornya dari luar negeri.
- Kelemahan teori urban base :
1. Terdapat kesulitan dalam mengukur economic base, khusunya masalah bagaimana membedakan antara kegiatan dasar dan kegiatan non dasar.
2. Tidak dapat meramalkan pertumbuhan kota di masa depan
3. Terdapat kelemahan teoritik yaitu pembagian ke dalam dua sektor
(dasar dan non dasar) dapat dikatakan tidak mempunyai arti yang penting.
TEORI AMBANG PINTU (THRESHOLD THEORY)
Teori ambang pintu (threshold theory) adalah suatu usaha
pemikiran untuk menjabarkan desain perencanaan kota atau regional ke
dalam teoru kuantitatif. Perencanaan kota menghadapi beberapa jenis
keterbatasan atau limitasi, misalnya dalam penggunaan dan pengembangan
lingkungan. Prosedur yang konvensional dari studi-studi kelayakan,
baiasanya dalam metodologi tidak mengemukakan cara-cara
penanggulangannya secara jelas dan lengkap terhadap
keterbatasan-keterbatasan tersebut.
Sebagai contih usaha pemukiman menghadapi tantangn dari waktu kewaktu
dalam bentuk keterbatasan-keterbatasan yang bersifat ambang pintu.
Keterbatasan itu adalah:
1. Keterbatasan secara fisik, contoh : tipe lahan yang sulit untuk
dilakukan pengembangan karena mempunyai kontur yang curam/barbatu/dll.
Namun keterbatasan ini tidak absolute karena masih bisa diatasi dengan
teknologi modern.
2. Keterbatasan ambang pintu teknologis, contoh: dalam pengembangan
fasilitas kota perlu adanya system baru yang berteknologi mutakhir.
3. Keterbatasan structural, keterbatasan ini terjadi sebagai akibat
pertambahan penduduk kota dan arus urbanisasi yang terus meningkat, maka
peremajaan kota perlu dilakukan.
AGLOMERASI
Pengertian Aglomerasi
Aglomerasi menurut teori lokasi modern merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi aktifitas ekonomi, aglomerasi juga menjadi salah satu
faktor disamping keunggulan komparatif dan skala ekonomi menjelaskan
mengapa timbul daerah-daerah dan kota-kota (Soepono, 2002). Terdapat dua
macam aglomerasi, yaitu aglomerasi produksi dan aglomerasi pemasaran
(Soepono, 2002). Dikatakan aglomerasi produksi bilamana tiap perusahaan
yang mengelompok/kluster atau beraglomerasi mengalami eksternalitas
positif di bidang produksi, artinya biaya produksi perusahaan berkurang
pada waktu produksi perusahaan lain bertambah.
Aglomerasi pemasaran adalah perusahaan-perusahaan dagang atau banyak
toko mengelompok dalam satu lokasi. Ada eksternalitas belanja (shopping
externality) yang dapat dinikmati yaitu penjualan suatu toko dipengaruhi
oleh toko lain disekitarnya. Ada dua produk yang menimbulkan
eksternalitas belanja, yaitu barang subtitusi tidak sempurna dan barang
komplementer. Barang subtitusi tidak sempurna merupakan barang yang
mirip namun tidak sama, pembeli membutuhkan perbandingan (comparison
shopping) menyangkut corak, harga, kualitas dan merek sebelum memutuskan
untuk membeli. Misalnya dalam membeli sepeda motor, ada Honda, Yamaha,
Susuki, Kawasaki dan yang lain-lain. Barang komplementer adalah
barang-barang saling melengkapi, misalnya kopi dan gula, CD dan CD
Player, toko baju olah raga dengan sepatu olah raga, dan lain-lain.
Aglomerasi Industri yaitu pemusatan industri di suatu kawasan
tertentu dengan tujuan agar pengelolanya dapat optimal. Gejala
aglomerasi industri itu disebabkan karena hal-hal berikut :
- Adanya persaingan industri yang semakin hebat dan semakin banyak.
- Melaksanakan segala bentuk efisiensi di dalam penyelenggaraan industri.
- Untuk meningkatkan produktivitas hasil industri dan mutu produksi.
- Untuk memberikan kemudahan bagi kegiatan industri.
- Untuk mempermudah kontrol dalam hubungan tenaga kerja, bahan baku, dan pemasaran.
- Untuk menyongsong dan mempersiapkan perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik yang dimulai tahun 2020.
- Melakukan pemerataan lokasi industri sesuai dengan jumlah secara tepat dan berdaya guna serta menyediakan fasilitas kegiatan industri yang berwawasan lingkungan.
Proses aglomerasi (pemusatan) industri keberhasilannya banyak
ditentukan oleh faktor teknologi lingkungan, produktivitas, modal, SDM,
manajemen dan lain-lain.
Pada Negara-negara yang sedang mengalami aglomerasi industri,
terdapat dualisme bidang teknologi. Dualisme teknologi adalah suatu
keadaan dalam suatu bidan ekonomi tertentu yang menggunakan tehnik dan
organisasi produksi yang sangat berbeda karakteristiknya. Kondisi ini
mengakibatkan perbedaan besar pada tingkat produktivitas di sektor
modern dan sektor tradisional, seperti keadaan berikut ini :
a. Jumlah penggunaan modal dan peralatan yang digunakan.
b. Penggunaan pengetahuan teknik, organisasi, dan manajemen.
c. Tingkat pendidikan dan keterampilan para pekerja.
Faktor-faktor ini menyebabkan tingkat produktivitas berbagai kegiatan
sektor modern sering kali tidak banyak berbeda dengan kegiatan yang
sama yang terdapat di Negara maju. Sebaliknya sektor tradisional
menunjukkan perbedaan banyak karena keadaan sebagai berikut :
a. Terbatasnya pembentukan modal dan peralatan industri.
b. Kekurangan pendidikan dan pengetahuan.
c. Penggunaan teknik produksi yang sederhana.
d. Organisasi produksi yang masih tradisional.